Peta cerita – Indonesia, sebagai negara yang terletak di Cincin Api Pasifik, risiko tinggi terhadap bencana gempa bumi, termasuk gempa megathrust yang bisa memiliki dampak yang sangat besar. Namun, meskipun teknologi dan pengetahuan kita dalam bidang geofisika semakin maju, prediksi tepat waktu mengenai kapan sebuah Gempa Megathrust akan terjadi masih belum mungkin dilakukan. Lantas, apa yang membuat prediksi gempa ini begitu sulit?
Hingga saat ini, teknologi yang ada belum mampu memprediksi waktu terjadinya gempa megathrust dengan akurasi tertentu. Ilmuwan dapat memperkirakan potensi terjadinya gempa di suatu wilayah berdasarkan data historis dan analisis aktivitas seismik, namun prediksi yang spesifik tentang kapan gempa akan terjadi tetaplah tidak mungkin. Menurut Andrew Michael, seorang ahli geofisika dari USGS, “Meskipun secara teori mungkin, secara praktis adalah mustahil” untuk memprediksi gempa bumi yang pertama kali.
“Baca juga: IndoBuildTech 2024, Mengenal Teknologi Diamans Glazed”
Saat ini, ilmuwan dapat memperkirakan kemungkinan terjadinya gempa susulan setelah gempa besar terjadi, tetapi tidak ada metode yang dapat memperkirakan kapan gempa utama akan terjadi. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan data historis untuk menilai potensi gempa di masa depan dan mempersiapkan mitigasi seperti pembangunan gedung tahan gempa.
Gempa bumi terjadi akibat pergeseran tiba-tiba pada patahan bebatuan di bawah permukaan bumi, yang dipicu oleh tekanan yang sangat dalam. Menurut David Bressan, kolumnis sains di Forbes, memahami bagaimana bebatuan berperilaku di bawah tekanan dan suhu yang ekstrem adalah tantangan besar. “Eksperimen di laboratorium terbatas pada sampel yang kecil, dan mengebor di zona sesar adalah sesuatu yang sulit dan sangat mahal,” ujarnya.
Kompleksitas kondisi geologis di bawah permukaan bumi membuatnya sulit untuk mensimulasikan atau memodelkan kondisi tersebut secara akurat. Keterbatasan ini menyebabkan ketidakmampuan untuk memprediksi dengan tepat kapan dan di mana gempa bumi akan terjadi.
Ada teori yang mengaitkan perilaku binatang dengan kemungkinan terjadinya gempa bumi, di mana binatang diduga bisa merasakan perubahan sebelum manusia. Namun, meskipun beberapa penelitian modern mencoba mengeksplorasi hubungan ini, hasilnya seringkali tidak konsisten dan tidak dapat diandalkan untuk prediksi gempa. David Bressan menambahkan, “Pada beberapa kasus, gempa bumi diawali oleh satu atau beberapa perubahan. Tetapi di kasus lain, tidak ada tanda apapun yang dapat diobservasi.”
“Simak juga: ASUS ExpertBook B5, Laptop dengan Teknologi AI”
Di Indonesia, para ahli geologi juga mengakui kesulitan dalam memprediksi gempa bumi. Dr. Irwan Meilano, seorang pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Menyatakan bahwa para peneliti gempa bumi biasanya mengatakan ‘tidak bisa’ ketika ditanya tentang kemungkinan prediksi gempa. Menurutnya, riset dalam bidang ini bertujuan untuk memahami proses gempa dan potensi yang ada di masa depan.
“Memahami potensi gempa bumi berarti kita dapat mengetahui akumulasi energi yang berpotensi menyebabkan gempa,” jelas Dr. Irwan. Dengan memahami akumulasi energi ini, para ilmuwan dapat memperkirakan laju geser dari sumber gempa. Yang selanjutnya dapat digunakan untuk menilai potensi guncangan gempa di masa depan, misalnya di Jakarta.
Walaupun kita belum mampu memprediksi gempa bumi dengan waktu yang tepat. Pemahaman dan riset yang terus berkembang mengenai proses gempa bumi sangat penting untuk mitigasi bencana. Dengan menggunakan data historis dan teknologi terkini, kita dapat mempersiapkan diri untuk kemungkinan terjadinya gempa dan mengurangi dampak bencana tersebut. Penelitian lebih lanjut dan pengembangan teknologi akan terus menjadi kunci. Untuk mengatasi tantangan ini dan melindungi masyarakat dari bahaya gempa bumi yang tak terduga.