petacerita.com – Google telah mengonfirmasi bahwa mereka menggunakan sejumlah video dari YouTube untuk melatih model kecerdasan buatan (AI) mereka. Meski hanya sebagian kecil dari total video di platform tersebut yang digunakan, langkah ini tetap memicu kekhawatiran dari para kreator. YouTube sendiri menampung lebih dari 20 miliar video. Artinya, meskipun hanya satu persen yang dipakai, jumlahnya tetap sangat besar.
“Baca Juga: Stevan Pasaribu Tampilkan Sisi Personal Lewat Mini Album Akustik”
Google Klaim Punya Standar Keamanan, Tapi Diragukan Efektivitasnya
Dalam pernyataannya, Google menegaskan telah menetapkan standar keamanan untuk melindungi hak cipta dan data pengguna. Mereka menyebutkan bahwa gambar dan suara dalam video tidak serta-merta digunakan begitu saja dalam pelatihan model AI. Namun, sejumlah kreator dan pakar mempertanyakan efektivitas sistem perlindungan tersebut. Kekhawatiran terutama muncul terkait potensi pelanggaran hak kekayaan intelektual dan penyalahgunaan konten.
Kekhawatiran Kreator: Konten Ditiru hingga Digunakan untuk Disinformasi
Kreator merasa tidak nyaman karena tidak tahu bagaimana konten mereka digunakan oleh Google dalam proses pelatihan AI. Ketidakpastian ini menimbulkan kekhawatiran munculnya konten tiruan berbasis AI. Lebih buruk lagi, jika konten hasil AI digunakan untuk menyebarkan disinformasi atau narasi negatif, kredibilitas kreator asli bisa terdampak. Hal ini dinilai berpotensi merusak identitas digital kreator di masa depan.
Google Menyebut Praktik Ini Bukan Hal Baru
Seorang perwakilan Google menjelaskan bahwa penggunaan konten YouTube untuk mengembangkan teknologi bukanlah hal yang baru. Sejak sebelum era AI generatif, Google telah memanfaatkan video YouTube untuk membangun fitur pencarian, subtitle otomatis, dan sistem rekomendasi. Kini, seiring munculnya model AI seperti Gemini dan Veo 3, YouTube kembali dijadikan sumber data pelatihan model tersebut. Konten dari YouTube dianggap sangat kaya dan beragam, sehingga relevan untuk memperkuat kemampuan pemahaman bahasa, visual, serta konteks sosial dalam model AI. Google meyakini pendekatan ini dapat mempercepat inovasi teknologi sambil terus mengupayakan perlindungan data pengguna.
“Baca Juga: Puan Tak Bacakan Surat Soal Gibran dalam Rapat Paripurna DPR”
Desakan Transparansi Terkait Jumlah Data dan Hak Kreator
Meski Google mengklaim hanya menggunakan sebagian kecil konten, mereka tidak mengungkap jumlah pasti data yang digunakan. Beberapa pakar menyerukan agar Google lebih transparan soal skala penggunaan data YouTube dalam pelatihan AI. Menurut mereka, kreator berhak mengetahui jika kontennya dimanfaatkan untuk kepentingan teknologi, apalagi jika berdampak langsung pada eksistensi dan karya mereka. Transparansi dapat menjadi kunci untuk meredakan kekhawatiran kreator dan memperkuat kepercayaan publik.
Praktik pelatihan AI menggunakan video YouTube memperlihatkan betapa pentingnya keterbukaan dalam pengelolaan data digital. Di tengah meningkatnya kecanggihan AI, perusahaan teknologi seperti Google dituntut menjaga keseimbangan antara inovasi dan perlindungan hak pengguna. Ke depan, pendekatan yang lebih transparan dan kolaboratif menjadi langkah penting untuk menjaga ekosistem digital yang etis dan adil bagi semua pihak.