petacerita.com – China menunjukkan minat besar untuk berinvestasi di berbagai sektor strategis di Indonesia, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan transportasi. Ketua Komite Tiongkok Kadin Indonesia, Garibaldi Thohir, menyebut bahwa sektor seperti kereta cepat, penerbangan, kelautan, dan hilirisasi juga menjadi fokus investasi. Dalam forum Indonesia-China Business Reception 2025, Boy Thohir menegaskan potensi kerja sama luas yang dapat mendongkrak pembangunan ekonomi kedua negara.
“Baca Juga: Arema FC Gagal Menang, Semen Padang Lolos Degradasi”
Kembangkan AI dan Robotika Bersama Perusahaan Lokal
Sektor kecerdasan buatan menjadi salah satu prioritas utama dalam kerja sama antara perusahaan Indonesia dan China. Fokus ini mencakup pengembangan robot AI, pemrosesan data besar (big data), hingga integrasi teknologi AI dalam layanan publik dan industri manufaktur. Delapan klaster kerja sama bisnis akan dibentuk, meliputi bidang AI, kesehatan, pendidikan, perikanan, dan lainnya. Proyek ini diharapkan mempercepat transformasi digital di Indonesia. Selain itu, inisiatif ini akan membuka peluang pelatihan teknologi tinggi bagi tenaga kerja lokal serta menciptakan lapangan pekerjaan baru yang berbasis digital, seiring meningkatnya kebutuhan akan talenta di bidang teknologi informasi.
Investasi B2B Dinilai Lebih Fleksibel
Dukungan Politik Percepat Kerja Sama
Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri China Li Qiang di forum bisnis tersebut menunjukkan dukungan politik tingkat tinggi. Menurut Anindya, dukungan dari kedua pemimpin dapat mempermudah izin dan mempercepat realisasi pendanaan. Hal ini menjadi momentum penting dalam memperkuat hubungan bilateral dan mempercepat investasi strategis antara kedua negara. Terutama di sektor teknologi, infrastruktur, dan energi terbarukan yang kini menjadi fokus kerja sama jangka panjang.
“Baca Juga: Tyronne Del Pino Raih Pemain Terbaik Liga 1″
Kereta Cepat Jakarta–Surabaya Masuk Tahap Studi
Proyek semi kereta cepat Jakarta–Surabaya saat ini masih dalam tahap studi kelayakan dan kemungkinan akan dialihkan ke jalur selatan. Direktur Jenderal Perkeretaapian, Mohamad Risal Wasal, menyebut bahwa trase utara dihentikan karena pertimbangan teknis. Studi baru melibatkan pihak Jepang dan direncanakan dibahas lebih lanjut pasca Lebaran. Proyek ini akan melalui proses lelang terbuka dan memberi peluang besar bagi perusahaan lokal untuk terlibat.